Kamis, 15 September 2011

Ulah isin nyarios basa Sunda



Sengaja saya memberi judul tulisan ini menggunakan bahasa Sunda, saya memang berasal dari etnis Sunda, bahasa sehari-hari saya adalah bahasa Sunda, dan saya selalu membiasakan diri untuk berbicara dalam bahasa Sunda dengan siapapun di lingkungan saya, karena saya bangga menjadi orang Sunda.



Saya lahir dan hingga sekarangpun saya tinggal di Bogor Jawa Barat, tentu saja di Bogor mayoritas adalah orang-orang Sunda, dan bahasa pergaulan sehari-hari adalah bahasa Sunda, Bahasa Sunda orang Bogor adalah bahasa Sunda yang cukup kasar, sehingga kami orang Bogor sering disebut orang-orang "heuras genggerong" yang artinya "keras tenggorokan" oleh orang-orang dari daerah lain di Jawa Barat.

Sering saya berbicara dengan orang-orang Bogor, di warung kopi, di terminal, di mall, atau dimana saja di Bogor, atau tidak sengaja mendengarkan pembicaraan orang-orang Bogor (tidak bermaksud menguping, karena saya mendengarkannya hanya sambil lalu saja he..he..he..).


Ada satu fenomena yang sering mengganjal perasaan saya sebagai orang Sunda, ketika saya berbicara dengan orang lain atau tidak sengaja mendengar pembicaraan mereka, yaitu, pada umumnya orang Bogor asli yang notabene orang Sunda, selalu berbicara tidak menggunakan bahasa Sunda, tetapi lebih banyak menggunakan bahasa Indonesia.

Saya sering membuka percakapan dengan mereka, baik hanya untuk bertanya sesuatu atau sengaja membuka pembicaraan dengan orang lain (karena bosan diem terus he..he..he..), menggunakan bahasa Sunda, tetapi sering kali saya dijawab dengan menggunakan bahasa Indonesia, lucunya saya tetap menggunakan bahasa Sunda, dan orang itupun tetap menggunakan bahasa Indonesia, (kos ucing jeung anjing keur ngobrol, he..he..he...)

Jika saya sedang berbicara dengan orang lain di warung kopi, di tempat peristirahatan atau di tempat-tempat santai, saya sering bertanya kepada orang yang sedang saya ajak bicara "Upami akang/teteh asli urang Bogor ?" dan dijawab "Bukan, saya dari Bandung ( atau daerah lain di Jawa Barat - red)", atau dijawab "Iya, saya asli orang Bogor".

Saya bisa mengerti kalau lawan bicara saya adalah bukan orang Sunda, dan biasanya mereka berkata saya bukan orang sini dan saya tidak bisa bahasa Sunda, ya sudah..... akhirnya saya ngobrol pake bahasa Indonesia saja, sebagai bahasa pemersatu bangsa Indonesia.

Aneh..... Sering lawan bicara saya mengaku sebagai orang Bogor asli atau orang Sunda asli, tetapi bicaranya tetap menggunakan bahasa Indonesia ketika bicara. Dalam beberapa kesempatan saya kembali bertanya "Kunaon akang nyariosna ku basa Indonesia, akang teu tiasa basa Sunda ?", dan.... biasanya atau pada umumnya mereka menjawab "Bisa sih..., tapi saya sudah terbiasa bicara pake bahasa Indonesia, karena saya bekerja di Jakarta, jadi saya suka kagok kalau bicara bahasa Sunda".

Saya jadi berfikir di Bogor saja "Akang" kita ini kagok (kalau tidak mau dikatakan malu - red), bagaimana kalau di Jakarta, kota bertaraf internasional, atau daerah bahkan negara lain diluar tanah Sunda...???.
Saya lantas teringat 2 teman saya, Paijo dan Michael, mereka sangat bangga dengan bahasa ibu mereka masing-masing. Paijo tidak sungkan dan tetap membiasakan diri untuk bercakap-cakap dengan bahasa "Jowo", dan Michael, dia bahkan menjadi guru bahasa Inggris di republik ini, dan selalu menggunakan bahasa Inggris jika bercakap-cakap dengan siapapun, termasuk saya (capeee deh...!!!).

Bahasa adalah ibu dari budaya....

Sebagai orang Sunda, tidak seharusnya kita malu/kagok untuk bercakap-cakap menggunakan bahasa Sunda, sebagai orang Sunda, kita harus bangga bercakap menggunakan bahasa Sunda, dimanapun dan kapanpun "Kilang bara urang ngajarkeun basa Sunda ka batur mah....!!!.

Bahasa Sunda adalah ibu dari seluruh kebudayaan Sunda, sudah sewajarnya dengan bangga saya berkata "Aing urang Sunda"